Ditulis oleh: Api Sulistyo
31 Juli 2020
Kadang yang kita rencanakan matang-matang malah tidak terjadi sesuai harapan kita. Tapi, kadang yang dipersiapkan seadanya malah memberikan kesan yang lama tak kan terlupakan. Itulah yang terjadi pada kami hari ini Jumat (31/07/2020). Jam 8:30 pagi anak kami David dijemput oleh teman-temannya untuk meluangkan waktu bersama di rumah untuk liburan (cabin) di pinggir danau. Karenanya tinggal anak kami yang bungsu, Alex yang ada di rumah. Sebagai orangtua saya and istri saya ingin melakukan sesuatu bersama-sama supaya Alex tidak merasa ditelantarkan. Tiba-tiba kami punya ide untuk naik kanu mengarungi sungai Saint Croix. Dan supaya Alex tidak bosan kami mengundang pacarnya, Madi, untuk datang dengan kami. Kami senang sekali karena orangtua Madi mengijinkannya.
Setelah makan siang kami mulai siap-siap. Kami membawa makanan ringan, minuman, pakaian ganti, dan handuk. Tak lupa kami membawa anjing kami, Zona. Kami pernah melakukan arung sungai ini beberapa kali dan kami sangat menyukainya. Alex yang belum lama lulus test dan mendapatkan lisensi untuk menerbangkan drone, membawa drone kesayangannya. Sebelum memasuki jalan tol, kami harus berhenti di toko hewan peliharaan untuk membeli baju pelampung untuk Zona. Dia belum pernah naik kayak dan kami khawatir dia akan loncat ke sungai. Baju pelampung akan menyelamatkan dia.
Tempat penyewaan kanu ada di pinggir sungai Saint Croix di dekat kota kecil, Taylors Falls. Sungai ini menjadi batas pemisah antara negara bagian Minnesota dan Wisconsin. Dari rumah kami sekitar satu jam perjalanan. Segera setelah kami memasuki jalan tol, istri saya, Tami menilpun tempat penyewaan kanu untuk memesan dua kanu. Beaya sewa untuk dua kanu dengan diskon sekitar Rp. 1,100,000. Beaya ini termasuk ongkos naik bis kembali ke tempat parkir dari akhir arung sangai. Kami juga diberitahu bahwa kami harus mulai naik kanu selambat-lambatnya jam 3:00 sore.
Sekitar jam 2:30 kami sudah berada di kanu dan memulai petualangan kami. Cukup banyak orang yang melakukan kegiatan yang sama. Dari bahasa mereka, banyak pendatang dari berbagai suku bangsa. Mungkin banyak juga yang datang dari manca negara. Cuaca panas (30 Celcius) dan tidak berangin. Untuk melindungi kulit dari sengatan matahari kami terpaksa harus memakai semprot sunscreen walau tidak terasa nyaman.
Perhentian pertama kami setelah sekitar 45 menit adalah pulau kecil yang berupa gundukan pasir. Ada beberapa keluarga yang berhenti di tempat yang sama. Malah ada yang membawa anjing juga. Tak sabar Zona langsung loncat dan berlari-lari di antara kanu yang tertambat. Dia pun mulai berani untuk berenang kesana-kemari. Alex memainkan drone-nya dan mencoba untuk mengambil beberapa foto dan video. Tetapi kamera di drone-nya tidak bekerja secara maksimal.
Pada perhentian kedua kami menikmati makanan ringan dan jalan-jalan sebentar di sebuah taman. Pada perhentian ketiga kami hampir kehilangan anjing kami. Dia melihat binatang liar, mungkin rusa, dan tak sabar untuk mengejarnya. Kami mulai khawatir bahwa dia akan lari jauh dan tersesat. Setelah kami panggil-panggil dan kami tunggu sekitar lima menit, akhirnya muncul kembali dan langsung kami naikkan ke kanu.
Setelah sekitar 2,5 jam kami sampai ke perhentian terakhir. Kami mengarungai sungai sepanjang 12 Km. Walaupun didorong arus sungai, kami tetap berkeringat dan air sungai terasa segar. Seorang pekerja menyuruh kami membawa barang-barang kami dan meninggalkan kanu, baju pelampung, dan dayung di pinggir sungai. Kami mengikuti jalan setapak menuju ke tempat parkir dan kami melihat bis putih sudah menunggu kami untuk membawa kami kembali ke mobil.
Tidak banyak percakapan di dalam bis. Semua penumpang memakai masker. Kami merasa lelah, lapar, dan ngantuk. Dalam perjalanan pulang kami mampir di sebuah warung makanan Mexico. Kami sempatkan juga menikmati es krim untuk mengusir udara panas.
Foto-foto akan selalu mengingatkan kami akan pengalaman ini. Tetapi, tanpa foto pun kami akan selalu ingat yang kami lakukan bersama sebagai keluarga.