Masuk Telinga Kanan, Tulis di Kertas, Keluar Telinga Kiri

Ditulis oleh Tami Sulistyo

Diterjemahkan oleh Api Sulistyo

Saya pergi ke Beijing untuk belajar bahasa Mandari melalui program studi luar negeri waktu kuliah. Belajar Mandarin tidak mudah. Sebetulnya justru lebih mudah belajar bahasa China dulu waktu saya berumur empat tahun ketika tinggal di Singapur. Waktu itu kertas tipis warna biru muda yang dipakai anak-anak membaca dan menulis bahasa Mandari justru lebih sederhana, dengan gambar-gambar dan cerita yang menjelaskan arti dari setiap symbol bahasa China, sehingga kami bisa mengingatnya lewat jembatan keledai maupun melalui konteksnya.

Waktu di Beijing, pada umur 19 tahun, saya dituntut oleh guru Bahasa Mandarin saya untuk menghafal 50 symbol baru bahasa China setiap hari dan diuji pada hari berikutnya. Saya selalu dapat nilai “A” untuk ujian harian itu, tetepi karena kami harus menghafal 50 symbol setiap harinya, saya benar-benar merasa seakan-akan symbol-symbol itu masuk satu telinga, tulis di kertas, terus keluar lagi di telinga lainnya segera setelah sysmbol baru masuk untuk dihafalkan. Segera saya sadari bahwa untuk mengingat yang telah saya pelajari dalam bahasa tulisan Mandarin, saya perlu membaca tulisan China setiap hari walaupun pelan-pelan dan sangat melelahkan.

Teman kos saya, Hilary dan saya jadi sangat akrab. Kami belajar bersama, jalan-jalan keluar kota bersama, dan sekedar santai bersama. Kami masing-masing diberi teman dari China yang kami temui untuk meluangkan waktu bersama. Pertemanan itu begitu resmi dan saya selalu merasa bahwa kami sedang diawasi waktu mau merencanakan suatu acara bersama.

Karena kebutuhan untuk keluar dari jadwal yang tersusun ketat, saya membeli sepeda merah tua yang mengantar saya ke berbagai tujuan yang dekat maupun jauh. Saya sangat menyukai sepeda saya karena memberikan rasa mandiri dan merasa sedikit bebas. Saya menaiki sepeda saya setiap hari untuk menelusuri lorong-lorong kecil untuk membeli sebatang coklat, yang tidak mudah untuk mendapatkannya waktu itu. Biasanya rasa coklatnya tidak seperti yang saya inginkan, sering sudah tidak segar lagi, dan selalu dibungkus dengan kertas mengkilat. Enak dipandang tapi belum tentu enak rasanya.

Komitmen saya setiap hari untuk menemukan coklat yang lagi dijual murah di tempat baru yang belum pernah saya kunjungi adalah cara saya menantang diri dan memaksa diri saya untuk keluar dari zona nyaman saya dan praktek berbicara bahasa China walaupun kemampuanku masih sangat terbatas. Cara belajar ini sangat luar biasa, membuat saya tidak malu-malu lagi dan kemampuan bahasa China saya berkembang, dan saya bisa mengamati China melalui perjalanan-perjalanan saya.

Saya menemukan cara praktek belajar bahasa ini secara kebelutan, tapi sangat berhasil untuk menjadi motivator. Saya tetap  menerapkannya dan kemampuan bahasa saya berkembang menjadi jauh lebih baik. Saya ingin menganjurkan bagi siapa saja yang belajar bahasa asing untuk menemukan sesuatu seperti yang saya lakukan tiap hari mencari coklat, untuk berbaur dalam bahasa dan terlibat secara penuh.

Tami’s LinkedIn profile

https://www.linkedin.com/in/tamisulistyo/

 

Copyright©2017StoryLighthouse. All Rights Reserved.

 

Catatan: Foto-foto diambil dari Google Images

Red Bike:

https://www.google.com/search?q=old+red+bike&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj5l_KXxIHUAhVBzoMKHWHuDOAQ_AUICigB&biw=1366&bih=662#imgrc=aMGHNyPnH8LS0M:

Coklat:

https://www.google.com/search?q=old+red+bike&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj5l_KXxIHUAhVBzoMKHWHuDOAQ_AUICigB&biw=1366&bih=662#tbm=isch&q=chocolate+bar+in+china&imgrc=vcQ8IgBTEe-RWM:

4 thoughts on “Masuk Telinga Kanan, Tulis di Kertas, Keluar Telinga Kiri

  1. Wah keren banget mas…
    Sebenarnya saya juga ada keinginan untuk belajar bahasa mandarin… Ada di daftar keinginan saya hehehe… Sayangnya, untuk yang tinggal di dalam negeri, dan tidak punya teman seperjuangan dalam belajar bahasa dapat menjadi kendala yang lumayan berat… Tapi tidak ada yang tidak mungkin, pasti bisa! BTW, sekarang tinggal di mana mas?

    Oh ya mas, ada kesalahan kata menurut EBI,

    Saya naiki “sepedaku” tiap hari untuk menelusuri lorong-lorong kecil untuk membeli sebatang coklat…

    Itu seharusnya saya menaiki sepeda saya setiap hari.

    Jadi itu koreksi dari saya jika saya diijinkan mengoreksi, heheh..

    Like

      • Oh begitu ya mas. Nanti akan saya kabari jika saya punya cerita untuk ditulis. Kalau boleh tahu, Storylighthouse itu merupakah komunitas atau kumpulan para penulis?

        Like

      • Halo. Storylighthouse itu kumpulan para penulis. Saya memulai blog ini bulan February kemarin. Para penulis di sini adalah orang-orang yang saya kenal. Dan saya mulai mengundang penulis lain yang bersedia berbagi ceerita non-fiksi untuk meningkatkan kemampuan kita untuk memahami dan menghargai perbedaan. Semoga info ini berguna. Salam.

        Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s