Ditulis oleh Api Sulistyo
Cerita ini sebetulnya masih berkenaan dengan proses saya melepaskan diri dari cengkeraman kecanduan rokok. Pada pertengahan bulan Juli 2006 itu saya memutuskan untuk betul-betul berhenti merokok setelah beberapi mencoba dan gagal. Untuk mencapai tahap terakhir itu diperlukan lebih daripada hanya sekedar kemauan keras. Selain mengurangi jumlah rokok diperlukan juga kegiatan baru untuk menggantikan kebiasaan buruk itu.
Saya tidak yakin apakah saya bisa melalui proses itu kalau saya tinggal di tanah kelahiranku tercinta Indonesia karena tekanan sosial yang sangat kuat dari masyarakat di mana merokok bersama lebih diterima secara kolektip normatif. Mungkin saya tidak punya nyali untuk berhenti karena saya sangat menghargai aspek sosial masyarakat, tapi bukan hal merokoknya.
Tiga Cara Untuk Berhenti Merokok
“Anda ingin berhenti merokok, ini caranya,” seorang penyanji menyampaikan nasihatnya pernuh semangat di depan duabelas orang yang ingin berhenti merokok. Waktu itu saya bekerja di perusahaan jasa keuangan yang terpandang yang kantornya ada sedikit di luaran kota Minneapolis. Dalam rangka meningkatkan kesehatan karyawannya, perusahaan membayar konsultan untuk membantu karyawan berhenti merokok. Saya melihat brosur tentang program ini di salah satu papan pengumuman dan langsung tertarik karena pingin tahu cara-cara berhenti merokok tetapi juga karena iming-iming $100 kalau mengikuti program.
“Cara yang pertama adalah dengan mengunyah premen karet,” lanjutnya sambil menunjukkan beberapa contoh premen karet. Katanya kalau kita mengunyah premen ini, keinginan kita untuk merokok akan berkurang dan pada akhirnya bisa berhenti merokok sama sekali. Saya tidak suka cara ini karena saya tidak suka mengunyah premen karet dan yang kedua karena akan perlu waktu lama untuk bisa berhenti. Tentunya akan mahal juga untuk beberapa saat karena masih perlu uang untuk beli rokok dan uang untuk beli premen karetnya. Saya ingin cepat melihat hasilnya, ini salah satunya saya suka kerja sebagai recruiter di lingkungan kerja yang cepat dan punya banyak tugas.
Setelah menjawab berbagai pertanyaan, sang konsultan melanjutkan, “Cara yang kedua adalah dengan memakai patches (semacam perban),” penuh keyakinan akan khasiat patches dan menunjukkan beberapa contoh. Sekali lagi saya tidak tertarik karena akan perlu waktu lama dan harganya mahal. Ketika ada yang menanyakan tentang mahalnya premen karet dan patches itu, konsultan itu menjelaskan bahwa uang $100 itu dimaksukan untuk membantu meringankan beaya.
Saya menungu cara ketiga untuk berhenti merokok. Saya sudah siap untuk meninggalkan ruangan karena akan mendengar cara yang lama dan mahal. Tapi akhirnya saya jadi tertarik. Cara ketiga untuk berhenti merokok adalah dengan cara olahraga secara teratur sebagai ganti kegiatan merokok. Gagasannya, menghilangkan kebiasaan buruk memerlukan kebiasaan lain sebagai gantinya untuk mengisi kekosongannya. Telingaku mulai berdiri dan saya terus mendengarkan serta mengajukan pertanyaan. Saya satu-satunya pilihan saya adalah memulai olahraga secara teratur, untuk menghindari ketagihan merokok. Kami diberi tahu bahwa kita bisa memilih olahraga apa saja. Saya mau yang tidak malah dan bisa dilakukan sendirin kapan saja dan di mana saja supaya saya bisa melakukannya setiap kali saya pingin merokok. Akhirnya saya memilih olahraga lari sebagai cara untuk berhenti merokok.
Malam itu saya merokok sebanyak-banyaknya sampai kepala pusing, tenggorokan serak, perut mual, dan mau muntah. Mulai hari berikutnya saya tidak merokok lagi sampai hari ini. Yang belum saya ceritakan tentunya apa yang terjadi setelah saya berhenti merokok secara mendadak yang dalam masyarakat Amerika disebut metode cold turkey (kalkun dingin), yang bisa diartikan berhenti secara mendadak dari kebiasaan yang tidak baik. Yang tak kalah pentingnya untuk dibicarakan adalah bagaimana caranya supaya tidak merokok lagi. Saya berharap cerita ini bermanfaat bagi para pembaca. Olahraga lari sebetulnya sangat sederhana. Saya suka hal yang sederhana. Tanpa sepatupun kita tetap bisa lari. Dibanding dengan banyak olahraga lain, olahraga lari sangatlah individual. Tidak perlu lapangan, tak perlu raket, bola, dan lawan bermain. Yang diperlukan hanyalah keberanian untuk mulai berlari. Sebagai seorang perokok yang sudah ‘nggatok” pernapasan saya sangat jelek dan saya tidak bisa lari cepat maupun dalam waktu yang lama. Saya malu kalau ada orang melihat saya lari-lari. Jadi pada awalnya saya sengaja lari-lari di tempat-tempat di mana saya tidak akan dikenali orang. Saya bahkan tidak mampu lari satu blok atau 1km.
Saya perlu waktu berbulan-bulan untuk bisa lari 5Km saja. Dan selama berbulan-bulan saya hanya lari 5Km tiga atau empat kali seminggu. Suatu hari seperti biasanya saya ingin berlari 5Km, tetapi ketika saya mencapai 5Km saya merasa bahwa saya bisa lari sedikit lebih jauh lagi. Malam itu untuk pertama kali saya mulai punya keyakinan bahwa saya mungkin bisa lari lebih jauh lagi asalkan saya tetap berlari secara rutin. Olahraga lari perlahan-lahan menjadi bagian hidup saya. Saya semakin semangat setelah istri saya membeli sepatu khusus untuk pelari sebagai hadiah ulang tahun saya. Saya pun mulai berangan-angan, “Mungkin saya akan bisa lari 10Km. Betapa senangnya kalau saya bisa menyelesaikan setengah marathon, atau bahkan marathon pernuh.”
Pernyataan Untuk Memulai
Suatu hari kami sedang berkumpul dengan beberapa teman dekat dan keluarga di rumah kami. Tiba-tiba saja saya dikejutkan oleh sapaan seorang tamu, “Katanya kamu mau lari marathon ya?” Saya tidak menyanka akan mendapatkan pertanyaan semacam itu. Sambil masih tak percaya, saya menanggapi,”Siapa yang bilang begitu?”
“Istrimu bilang kamu akan ikut lari marathon,” jawabnya dan tiba-tiba semua orang diam. Mereka melihat kepada saya menunggu jawaban. Ya, apa boleh buat, saya mengangguk padahal saya belum pernah bilang kepada istri saya tentang rencana marathon itu. Istriku sangat mengenal saya, belakangan dia mengatakan dia ingin memberikan tantangan kepada saya di depan umum, karena tahu saya akan menerimanya karena tekanan dari orang lain, mengingat saya dibesarkan di masyarakat yang kolektif, dan saya akan akan bersumpah untuk melakukannya. Ternyata dia benar.
Saya tidak mungkin bisa mempersiapkan marathon sendirian. Saya mulai cari informasi tentang persiapan marathon dan ternyata teman dekan istri saya, Laurie, pernah lari marathon. Laurie juga memperkenalkan saya dengan kelompok pelari marathon setempat dengan nama Minnesota Distance Running Association (MDRA). Saya bergabung dan mengikuti program pelatihannya untuk ikut lari The TwinCities Marathon tahun 2008.
Lari kelompok pertama jaraknya 10 mil (16Km). Waktu itu saya memang sudah beberapa kali lari 10 mil tetapi sangat pelan dan sering berhenti. Malam sebelum lari bersama kelompok, saya gelisah dan tak bisa tidur nyenyak. Saya takut kalau saya tidak bisa lari sejauh itu atau bakal tertinggal oleh pelari lainnya. Sangat berbeda dari yang saya khawatirnya, lari pagi itu ternyata sangat nyaman dan menyenangkan diiringi dengan banyak canda dan ketawa. Kami bisa ngobrol sana-sini walaupun saya leibh banyak mendengarkan. Disarankan kita masih bisa ngobrol secara nyaman sambil berlari. Kalau tidak bisa ngobrol lagi berarti kita laru terlalu cepat.
Program pelatihan 18 minggu berlangsung lancar. Kami melakukan latihan lomba lari jarak pendek sebagai bagian persiapan marathon. Istrinya mengatakan dia nunggu-nunggu di garis finis dengan anak-anak kami yang sangat aktip, mencoba bersabar mengawasi empat anak yang lari ke segala penjuru. Mereka mengharap saya akan segera tiba, dan mulai khawatir saat melihat ibu-ibu tua dan beberapa pelari yang berpengalaman sudah masuk garis finis jauh sebelum saya. Saya melihat banyak pelari dari berbagai umur yang memberi inspirasi. Mereka membuat saya jadi rendah hati dan tersemangati. Akhirnya aku masuk garis finis juga dan tanpa kusadari siap atau tidak saya ikut lari marathon pertama kali. Saya tidak punya target untuk masuk garis finis pada waktu tertentu. Saya hanya ingin bisa sampai ke garis finis dan menikmati lari marathon.
Sejak marathon yang pertama itu saya menyelesaikan beberapa marathon dan setengah marathon di beberapa tempat. Dalam prosesnya, saya dapatkan anyak kenangan yang menarik dari setiap marathon yang saya ikuti. Ada yang menyajikan pemandangan yang indah, sambutan penonton di sepanjang jalan, penampilan live music, makanan, dan dukungan dari keluarga saya yang bergegas untuk berada di beberapa tepat untuk menyemangati saya. Pengorbanan mereka sangat luar biasa terutama saat saya harus lari pagi. Istrinya mengasuh anak-anak kami saat saya tak ada di rumah pada sore hari untuk lari beberapa hari seminggu. Ini merupakan tantangan berat bagi istri saya, tetapi dia tetap mendukung saya. Dia mengatakan bahwa dia melihat bagaimana olahraga lari telah mempengaruhi sikap, energi, dan rasa percaya diri saya serta tetap berhenti merokok dan menjadi lebih sehat.
Berhubung saya berasal dari Jawa, saya pernah menuliskan “Java Man” di kaos saya waktu lari di beberapa marathon. Di sebuah tikungan saya melihat kerumunan penonton mahasiswa/i dari kampus setempat. Tiba-tiba mereka berteriak bareng, “Java man, Java man, Java man.” Saya pun menari di depan mereka seirama dengan teriakan mereka sebagai ucapan terima kasih atas dukungan semangat mereka.
Marathon lain yang sangat mengesan adalah The Marine Corps Marathon yang dikelola oleh pasukan Marinir Amerika yang berlangsung di Washington D.C. Terus istri saya menunjukan bahwas olahraga lari ternyata lebih mahal dari yang saya pikirnya mengingat ada beaya pendaftaran lomba, beli sepatu baru setiap 400 mil, dan beaya perjalanan. Lebih dari 23,000 pelari ikut meramaikan event ini menyusuri sungai Potomac dan monumen nasional termasuk Gedung Putih, setelah angin ribut Sandy siap menghajar kami. Anginnya kencang, saya belum pernah mengalamai bencana seperti itu. Yang sangat mengesan dari acara ini adalah segera setelah memasuki garis finis, seorang anggota Marinir berdiri tegap di depan saya, memberi penghormatan dan mengalungkan medali ke leher saya. Saya hampir meneteskan air mata waktu itu. Suatu kenangan yang akan kuingat untuk waktu yang sangat lama.
Orang bilang bahwa olahraga lari ini bikin orang ketagihan. “Once you are a runner you are always a runner,” katanya. Saya kira pernyataan ini ada benarnya. Rasanya ada yang nggak beres kalau nggak lari satu atau dua minggu. Dulu saya ketagihan rokok, sekarang saya ketagihan lari, mengganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan yang sehat. Olahraga lari bukan satu-satunya olahraga untuk membantu berhenti merokok Semoga anda menemukan cara yang tepat untuk membantu anda berhenti merokok. Tidak mudah, tapi berharga untuk dilakukan.
Pada saat saya berhenti untuk selamanya, saya hanya merokok beberapa batang per hari. Pada hari Senin waktu mulai berhenti merokok, saya tidak punya rokok di mobil maupun di tas kerja. Saya langsung pergi ke Northwest Athletic Club, (dibeli oleh Life Time Fitness pada tahun 2006) untuk lari-lari dan tidak pergi ke toko untuk beli rokok. Saya mudah marah dan terganggu oleh banyak hal selama beberapa hari. Keluarga saya, teman kerja, dan orang lain sangat mengakuinya. Pada hari keempat saya merenung, “Saya sudah berhenti selama tiga hari, mengapa saya harus memulai lagi?” Saya ikuti perenungan ini setelah berhenti seminggu, dua minggu, dst, sampai sekarang, beberapa tahun sesudahnya. “Mengapa saya harus memulai lagi?” Sebaliknya saya malah memuji diri saya sendiri karena saya bisa mencapai tonggak-tonggak keberhasilan kecil. Satau langkah kecil demi satu langkah kecil, satu kegiatan demi kegiatan, tapi tidak menoleh ke belakang kembali. Salam sehat dan salam olahraga.
Refleksi:
- Kita semua pasti punya paling tidak satu kebiasaan buruk. Sebagian besar punya banyak. Apa kebiasaan buruk anda? Apa kebiasaan baru yang baik yang bisa menggantikan kebiasaan buruk anda? Mengapa hal itu penting untuk anda? Bagaimana hidup anda akan berubah jika anda bisa menghilangkan kebiasaan buruk itu? Apakah rencana atau cara anda untuk berhenti dan tidak memulainya lagi? Buku Power Focus sangat membantu.
- Adakah bagian dari adat istiadat anda menjadi tantangan bagi anda untuk mengubah kebiasaan buruk anda dibandingkan dengan adat istiadat di tempat lain dengan kebiasaan dan keyakinan yang berbeda?
Silahkan berbagi jawaban anda kalau tertarik dengan munuliskan jawaban di akhir halaman ini atau email storylighthouse@gmail.com
Copyright@2017StoryLighthouse
Api Sulistyo’s LinkedIn profile:
https://www.linkedin.com/in/api-sulistyo-4700865/
Patches
http://givingupsmokingsideeffects.com/wp-content/uploads/2011/12/nicotine-patch.jpg
burning cigarette
https://www.reference.com/health/offers-nicotine-replacement-patches-stop-smoking-25e465d9995209d2
Marine Corps Marathon
http://www.marinemarathon.com/
MDRA
Medtronic Twin Cities Marathon
Nocotine Gum
https://buyquitsmokingdrugsonline.files.wordpress.com/2015/05/stop_smoking.jpg
Hallo mas Api,
Saya sebetulnya melihat olah raga lari itu tidak menarik karena seorang diri saja. Belakangan, beberapa teman ternyata mempunyai komunitas pelari yang bagus juga untuk saling mendukung dalam berolah raga. Saya jadi pingin coba olah raga ini. Kalau tidak, kerjaan saya kebanyakan duduk haha kurang sehat. Di Roma banyak tempat bagus juga buat lari-lari. Thanks ceritanya.
LikeLike
Terima kasih Romo atas tanggapannya. Dulu saya juga tidak suka lari. Membosankan. Main tennis lebih menyenangkan. Tapi, sekarang saya sangat menikmati lari baik sendirian maupun dgn orang lain. Saya senang bisa bersama diri saya sendiri (me time). Mungkin karena saya memang suka meditasi dan merenung. Selamat mencoba Romo. Salam sehat. Salam olahraga.
LikeLike